RUANG LINGKUP LAPORAN KEUANGAN
Kelompok 1
Agung Maulidi
Agung Pambudi
Ahmad Afrizal
Ahmad Tharmizi
Asep Gunawan Permana
Bagus Nurul Iklas
Muhammad Ramadhan
Seno Putro
3DA01
RUANG LINGKUP LAPORAN KEUANGAN
1.
Arti pentingnya Laporan
Keuangan
2.
Syarat-syarat laporan
keuangan
3.
Keterbatasan laporan keuangan
4.
Peranan pemeriksaan akuntan
publik
5.
Bentuk penyajian laporan
keuangan
6.
Hubungan antar berbagai
laporan keuangan
1
.Arti pentingnya Laporan Keuangan
Laporan keuangan
yang disusun secara baik dan akurat dapat memberikan gambaran keadaaan yang
nyata mengenai hasil atau prestasi yang telah dicapai oleh suatu perusahaan
selama kurun waktu tertentu, keadaan inilah yang digunakan untuk menilai
kinerja keuangan
Pemilik Perusahaan
Bagi pemilik perusahaan laporan keuangan
dimaksudkan untuk:
•
Menilai prestasi atau hasil
yang diperoleh manajemen
•
Mengetahui hasil dividen
yang akan diterima
•
Menilai posisi keuangan
perusahaan dan pertumbuhannya
•
Mengetahui nilai saham dan
laba per lembar saham
•
Sebagai dasar untuk
memprediksi kondisi perusahaan di masa datang
• Sebagai
dasar untuk mempertimbangkan menambah atau mengurangi investa
Manajemen Perusahaan
Bagi manajemen perusahaan laporan keuangan
ini digunakan untuk:
• Alat
untuk mempertanggungjawabkan pengelolaan kepada pemilik.
• Mengukur
tingkat biaya dari setiap kegiatan operasi perusahaan, divisi, bagian, atau
segmen tertentu.
• Mengukur
tingkat efisiensi dan tingkat keuntungan perusahaan, divisi, bagian, atau
segmen.
• Menilai
hasil kinerja individu yang diberi tugas dan tanggung jawab.
• Untuk
menjadi bahan pertimbangan dalam menentukan perlu tidaknya diambil
kebijaksanaan baru.
Investor
Bagi investor laporan keuangan dimaksudkan
untuk:
• Menilai
kondisi keuangan dan hasil usaha perusahaan.
• Menilai
kemungkinan menanamkan dana dalam perusahaan.
• Menilai
kemungkinan melakukan divestasi (menarik investasi) dari perusahaan.
• Menjadi
dasar memprediksi kondisi perusahaan di masa datang.
Kreditur atau Perbankan
Bagi kreditur, banker, atau suplier laporan
keuangan digunakan untuk:
• Menilai
kondisi keuangan dan hasil usaha perusahaan baik dalam jangka pendek maupun
dalam jangka panjang.
• Menilai
kualitas jaminan kredit/investasi untuk menopang kredit yang akan diberikan.
• Melihat
dan memprediksi prospek keuntungan yang mungkin diperoleh dari perusahaan atau
menilai rate of return perusahaan.
• Menilai
kemampuan likuiditas, solvabilitas, rentabilitas perusahaan sebagai dasar daam
pertimbangan keputusan kredit.
• Menilai
sejauh mana perusahaan mengikuti perjanjian kredit yang sudah disepakati
Pemerintah dan Regulator
Bagi pemerintah atau regulator laporan
keuangan dimaksudkan untuk:
• Menghitung
dan menetapkan jumlah pajak yang harus dibayar.
• Sebagai
dasar dalam penetapan-penetapan kebijakan baru.
• Menilai
apakah perusahaan memerlukan bantuan atau tindakan lain.
• Menilai
kepatuhan perusahaan terhadap aturan yang ditetapkan.
• Bagi
lembaga pemerintah lainnya bisa menjadi bahan penyusunan data dan statistik.
2. Syarat-syarat
Laporan Keuangan
•
Relevan
artinya bahwa informasi yang dijadikan harus adalah hubungan dengan pihak-pihak
yang memerlukan untuk mengambil keputusan.
•
Dapat dimengerti artinya
bahwa laporan keuangan yang disusun berdasarkan secara jelas dan mudah dipahami
oleh para pemakainya.
•
Daya uji artinya
bahwa laporan keuangan yang disusun berdasarkan konsep-konsep dasar akuntansi
dan prinsip-prinsip akuntansi yang dianut, sehingga dapat diuji kebenarannya
oleh pihak lain.
•
Netral
artinya bahwa laporan keuangan yang disajikan bersifat umum, objektif dan tidak
memihak pada kepentingan pemakai tertentu.
•
Tepat waktu artinya
bahwa laporan keuangan harus di sajikan tepat pada waktunya .
•
Daya banding artinya
bahwa perbandingan laporan keuangan dapat diadakan baik antara laporan
perusahaan dalam tahun tertentu dengan tahun sebelumnya atau laporan keuangan
perusahaan tertentu dengan perusahaan lain pada tahun yang sama.
•
Lengkap
artinya bahwa laporan keuangan yang disusun harus memenuhi syarat-syarat
tersebut diatas dan tidak menyesatkan pembaca.
3. Sifat dan Keterbatasan Laporan Keuangan
•
Laporan keuangan bersifat
historis, yaitu merupakan laporan atas kejadian yang telah lewat.
•
Laporan keuangan bersifat
umum, disajikan untuk semua pemakai dan bukan dimaksudkan untuk memenuhi
kebutuhan pihak tertentu saja misalnya untuk memenuhi keperluan tiap-tiap
pemakai seperti investor, karyawan, pemberi pinjaman, pelanggan, pemerintah,
dan masyarakat.
•
Proses penyusunan laporan
keuangan tidak luput dari penggunaan taksiran dan berbagai pertimbangan.
•
Akuntansi hanya melaporkan
informasi yang material.
•
Laporan keuangan bersifat
konservatif dalam menghadapi ketidakpastian.
•
Laporan keuangan lebih
menekankan pada makna ekonomis suatu peristiwa/transaksi daripada bentuk
hukumnya (formalitas), (substance over form).
•
Laporan keuangan disusun
dengan menggunakan istilah-istilah teknis, dan pemakai laporan diasumsikan
memahami bahasa teknis akuntansi dan sifat dari informasi yang dilaporkan.
•
Adanya berbagai alternatif
metode akuntansi yang dapat digunakan menimbulkan variasi dalam pengukuran
sumber-sumber ekonomis dan tingkat kesuksesan antar perusahaan.
•
Informasi yang bersifat
kualitatif dan fakta yang tidak dapat dikuantitatifkan umumnya diabaikan.
4. Peranan Pemeriksaan Akuntan Publik
• Manajemen
Untuk mengetahui
kinerjanya dalam mengelola kekayaan perusahaan. Dalam audit akan ditemukan
kekurangan dan kelemahan dari sistem akuntansi yang dijalankan perusahaan,
sehingga dapat dilakukan perbaikan.
• Pemegang
Saham
Untuk menilai
kinerja manajemen dalam mengelola kekayaan pemegang saham. Dengan adanya audit,
pemegang saham bisa memperoleh informasi yang lebih akurat tentang pengelolaan
kekayaan karena telah diuji oleh pihak independen. Kecurangan dalam melaporkan
dapat diminimalisir sampai sekecil mungkin, sehingga tidak terjadi salah
informasi
• Kreditur
Dapat membantu
menilai kekayaan dan pengelolaan perusahaan oleh manajemen dan dapat juga
dijadikan dasar dalam pemberian kredit karena mencerminkan seberapa valid dan
relevan informasi keuangan perusahaan.
• Pemerintah
Pemerintah
berkepentingan terhadap pengelolaan perusahaan secara baik dan juga untuk
mengestimasi kewajiban pajak perusahaan. Dengan adanya pendapat auditor,
pemerintah akan memperoleh keyakinan atas laporan keuangan perusahaan sebagai
dasar penetapan pajak.
5. Bentuk Penyajian Laporan Keuangan
1. Neraca
• Bentuk
rekening (account form). Dalam bentuk rekening, aktiva
ditempatkan di sebelah kiri dan utang dan modal sendiri (disebut passiva)
ditempatkan di sebelah kanan.
• Bentuk
laporan (report form). Dalam bentuk ini, aktiva
ditempatkan di bagian atas sedang utang beserta modal sendiri ditempatkan di
bawah aktiva secara vertikal.
2. Laporan
Laba Rugi
• Format
satu tahap (single step format ) mengumpulkan
pendapatan-pendapatan dalam satu kelompok kemudian dipotong dengan beban untuk
mencapai laba bersih.
• Format
fase berjenjang banyak (multiple step format),
di mana disajikan laba berjenjang – Laba kotor, laba usaha dan laba sebelum
pajak – sebelum sampai ke laba bersih untuk periode berjalan.Pendekatan lain
dalam penyusunan laporan laba rugi yaitu yang disebut dengan “marginal
contribution format“.
6.Hubungan antar Berbagai
Laporan Keuangan
• Mengetahui
hubungan angka-angka dalam Neraca, Laba Rugi, Laporan Arus Kas dan Perubahan
Modal dalam satu set laporan keuangan adalah
penting bagi siapa saja yang ingin memahami isi sebuah Laporan Keuangan,
dan Akuntansi secara
umum. Gagal memahami hubungan ini, maka sama seja dengan gagal memahami isi
laporan keuangan, dan akuntansi secara keseluruhan.
• Satu
set lengkap laporan keuangan umumnya mencakup neraca, laporan laba rugi, laporan
perubahan modal (juga disebut ‘ekuitas pemegang saham’), dan
laporan arus kas. Laporan keuangan secara keseluruhan menyajikan berbagai jenis
informasi tentang kegiatan perusahaan selama periode waktu tertentu dalam
angka-angka. Masing-masing laporan, meskipun banyak yang saling terkait, tetap
memiliki peranan berbeda, dengan sudut pandang dan fokus penyajian yang
berbeda-beda pula. Dengan demikian, maka satu macam laporan tidak bisa
menggantikan laporan yang lain.
ANALISA PERBANDINGAN LAPORAN
KEUANGAN
1. Tujuan
Analisa Laporan Keuangan
2. Prosedur
Analisa Laporan Keuangan
3. Metode
Analisa
4. Analisa
Perbandingan Laporan Keuangan
5. Analisa
Trend dalam Presentase
6. Analisa
Presentase per Komponen
1.Tujuan
Analisa Laporan Keuangan
Membandingkan data keuangan dua periode atau lebih, sehingga dapat memperoleh data
yang dapat mendukung keputusan yang akan diambil oleh pihak-pihak yangberkepentingan.
2.
Prosedur Analisa Laporan Keuangan
q Memahami
latar belakang data keuangan perusahaan
q Memahami
kondisi-kondisi yang berpengaruh pada perusahaan
q Mempelajari
dan mereview laporan keuangan
q Menganalisis
Laporan Keuangan
3.
Metode Analisa
Ø Analisa Horisontal / Analisa Dinamis
Membandingkan laporan keuangan untuk beberapa periode atau beberapa saat,
sehingga diketahui perkembangan perusahaan.
Ø Analisa Vertikal / Analisa Statis
Laporan yang dianalisa hanya satu periode saja, dengan membandingkan pos-pos
yang ada dalam laporan keuangan itu saja, sehingga dapat diketahui keadaan keuangan pada
saat/waktu itu saja.
4.
Analisa Perbandingan Laporan Keuangan
Analisa perbandingan laporan keuangan
Membandingkan laporan keuangan untuk dua periode atau lebih dengan menunjukkan
Ø Data absolut atau jumlah dalam rupiah
Ø Kenaikan atau penurunan dalam rupiah
Ø Kenaikan atau penurunan dalam prosentase
Ø Perbandingan yang dinyatakan dengan rasio
Ø Prosentase dari total
5.
Analisa Trend dalam Presentase
Teknik analisa ini hanya praktis apabila digunakan jangka waktu lebih dari tiga tahu.
Dalam menganalisa mengunakan indeks yang dinyatakan dalam prosentase.
6.
Analisa Presentase per Komponen
Analisa
common size adalah suatu teknik untuk melihat struktur keuangan perusahaan
dengan cara mengkonfersi lapoan keuangan kedalam laporan bentuk common size
(presentase per komponen) dengan menggunakan denominator persentase. Analisa
common size dilakukan untuk mengetahui presentase investasi pada masing-masing
aktiva terhadap total aktivanya, sruktur permodalan dan komposisi perongkosan
yang terjadi dihubungkan dengan penjualannya.
ANALISA RATIO
1.
Ratio Likuiditas
2.
Ratio Leverage
3.
Ratio Akivitas
4.
Ratio Profitabilitas
5.
Standar Ratio Industri
1.
Ratio
Likuiditas
Current
Rasio ini membandingkan aktiva lancar dengan hutang lancar. Current Ratio
memberikan informasi tentang kemampuan aktiva lancar untuk menutup hutang
lancar.
Semakin besar
perbandingan aktiva lancar dengan hutang lancar, semakin tinggi kemampuan
perusahaan menutupi kewajiban jangka pendeknya. Apabila rasio lancar 1:1 atau
100% berarti bahwa aktiva lancar dapat menutupi semua hutang lancar. Jadi
dikatakan sehat jika rasionya berada di atas 1 atau diatas 100%. Artinya aktiva
lancar harus jauh di atas jumlah hutang lancar
Quick ratio disebut juga acid test ratio,
merupakan perimbangan antara jumlah aktiva lancar dikurangi persediaan, dengan
jumlah hutang lancar.
Jika
terjadi perbedaan yang sangat besar antara quick ratio dengan current ratio,
dimana current ratio meningkat sedangkan quick ratio menurun, berarti terjadi
investasi yang besar pada persediaan
Cash Rasio ini
membandingkan antara kas dan aktiva lancar yang bisa segera menjadi uang kas
dengan hutang lancar.
Rasio ini
menunjukkan porsi jumlah kas + setara kas dibandingkan dengan total aktiva
lancar. Semakin besar rasionya semakin baik.
2.
Ratio
Leverage
Rasio leverage adalah
rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa besar aktiva yang dimiliki
perusahaan berasal dari hutang atau modal, sehingga dengan rasio ini dapat
diketahui posisi perusahaan dan kewajibannya yang bersifat tetap kepada pihak
lain serta keseimbangan nilai aktiva tetap dengan modal yang ada. Sebaiknya
komposisi modal harus lebih besar dari hutang
Total Debt to Total Assets Ratio
Rasio yang biasa disebut dengan rasio hutang (debt ratio) ini mengukur prosentase besarnya dana yang berasal dari hutang. Hutang yang dimaksud adalah semua hutang yang dimiliki oleh perusahaan baik yang berjangka pendek maupun yang berjangka panjang.
Rasio yang biasa disebut dengan rasio hutang (debt ratio) ini mengukur prosentase besarnya dana yang berasal dari hutang. Hutang yang dimaksud adalah semua hutang yang dimiliki oleh perusahaan baik yang berjangka pendek maupun yang berjangka panjang.
Debt to Equity Ratio
Rasio hutang dengan modal sendiri (debt to equity ratio) adalah imbangan antara hutang yang dimiliki perusahaan dengan modal sendiri. Semakin tinggi rasio ini berarti modal sendiri semakin sedikit dibanding dengan hutangnya.
Rasio hutang dengan modal sendiri (debt to equity ratio) adalah imbangan antara hutang yang dimiliki perusahaan dengan modal sendiri. Semakin tinggi rasio ini berarti modal sendiri semakin sedikit dibanding dengan hutangnya.
3.
Ratio
Akivitas
Rasio
ini melihat pada beberapa asset kemudian menentukan berapa tingkat aktivitas
aktiva-aktiva tersebut pada tingkat kegiatan tertentu. Aktivitas yang rendah
pada tingkat penjualan tertentu akan mengakibatkan semakin besarnya dana kelebihan
yang tertanam padaaktiva-aktiva tersebut
Perputaran Persediaan
Seperti halnya perputaran piutang, rasio ini juga menggambarkan likuiditas perusahaan, yaitu dengan cara mengukurefisiensi perusahaan dalam mengelola dan menjual persediaan yang dimiliki oleh perusahaan
Seperti halnya perputaran piutang, rasio ini juga menggambarkan likuiditas perusahaan, yaitu dengan cara mengukurefisiensi perusahaan dalam mengelola dan menjual persediaan yang dimiliki oleh perusahaan
Perputaran Aktiva Tetap
Rasio ini mengukur sejauh mana kemampuan perusahaan menghasilkan penjualan berdasarkan aktiva tetap yang dimiliki perusahaan. Rasio ini memperlihatkan sejauh mana efektivitas perusahaan menggunakan aktiva tetapnya.
Rasio ini mengukur sejauh mana kemampuan perusahaan menghasilkan penjualan berdasarkan aktiva tetap yang dimiliki perusahaan. Rasio ini memperlihatkan sejauh mana efektivitas perusahaan menggunakan aktiva tetapnya.
Perputaran Total Aktiva
Rasio yang terakhir untuk komponen rasio aktivitas adalah rasio perputaran total aktiva. Sama seperti halnya rasio perputaran aktiva tetap, rasio ini menghitung efektivitas penggunaan total aktiva.
Rasio yang terakhir untuk komponen rasio aktivitas adalah rasio perputaran total aktiva. Sama seperti halnya rasio perputaran aktiva tetap, rasio ini menghitung efektivitas penggunaan total aktiva.
4.
Ratio
Profitabilitas
Rasio rentabilitas atau
profitabilitas adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan suatu
perusahaan dalam mendapatkan laba
•
Profit Margin
•
Gross Profit Margin
•
Net Profit Margin
•
Return On Investment
(ROI)
•
Return On Assets
5.
Ratio
Industri
Standar
Ratio Industri
No
|
Jenis Rasio
Keuangan
|
Standar umum atau rata-rata industri
|
1
|
Rasio Rentabilitas
a.Gross Profit Margin
b.Operating Profit Margin
c.Net Profit Margin
d.Return on Investment
e.Return on Equity
|
24,90 %
10,80 %
3,92 %
5,08 %
8,32 %
|
2
|
Rasio Aktivitas
a.Total Assets Turnover
b.Receivable Turnover
c.Average Collection Period
d.Inventory Turnover
e.Working Capital Turnover
|
1,1 kali
7,2 kali
50 hari
3,4 kali
6 kali
|
Contoh
Kasus
Neraca
|
Analisis Ratio :
1. Ratio
Likuiditas (Liquidity Ratio)
a. Current Ratio ( Rasio Lancar)
Merupakan Rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendeknya dengan menggunakan aktiva lancar yang dimiliki,
Current Ratio dapat dihitung dengan rumus :
Merupakan Rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendeknya dengan menggunakan aktiva lancar yang dimiliki,
Current Ratio dapat dihitung dengan rumus :
Current
Ratio = Aktiva Lancar
Hutang Lancar
Hutang Lancar
= Rp 38.700.000
Rp 15.100.000 =Rp 2,56
Rp 15.100.000 =Rp 2,56
b.
Quick Ratio ( Rasio Cepat )
Merupakan rasio yang digunaka untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendeknya dengan menggunakan aktiva yang lebih likuid . Quick Ratio dapat dihitung dengan rumus yaitu
Merupakan rasio yang digunaka untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendeknya dengan menggunakan aktiva yang lebih likuid . Quick Ratio dapat dihitung dengan rumus yaitu
Quick Ratio = Aktiva
Lancar – Persediaan
Hutang Lancar
Hutang Lancar
= Rp
38.700.000 – Rp 18.000.000
Rp 15.100.000 = 1,37
Rp 15.100.000 = 1,37
c. Cash Ratio ( Rasio Lambat)
Merupakan Rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek dengan kas yang tersedia dan yang disimpan diBank. Cash Ratio dapat dihitung dengan Rumus yaitu :
Cash Ratio = Cash
+ Efek
Hutang Lancar
Hutang Lancar
= Rp. 8.500.000
Rp. 15.100.000 = 0,56
Rp. 15.100.000 = 0,56
2. Ratio Solvabilitas
Rasio ini disebut juga Ratio leverage yaitu mengukur perbandingan dana yang disediakan oleh pemiliknya dengan dana yang dipinjam dari kreditur perusahaan tersebut.
a. Total Debt to Equity Ratio (Rasio Hutang terhadap Ekuitas)
Merupakan Perbandingan antara hutang – hutang dan ekuitas dalam pendanaan perusahaan dan menunjukkan kemampuan modal sendiri, perusahaan untuk memenuhi seluruh kewajibanya .
Rasio ini dapat dihitung denga rumus yaitu :
Total Debt to equity Ratio = Total Hutang
Ekuitas Pemegang Saham
= Rp 15.100.000
Rp. 36.150.000
= 0,42
b. Total Debt to Total Asset Ratio ( Rasio Hutang terhadap Total Aktiva )
Rasio ini merupakan perbandingan antara hutang lancar dan hutang jangka panjang dan jumlah seluruh aktiva diketahui. Rasio ini menunjukkan berapa bagian dari keseluruhan aktiva yang dibelanjai oleh hutang. Rasio ini dapat dihitung dengan rumus yaitu :
Total Debt to Total Asset Ratio = Total Hutang
Total Aktiva
= Rp. 15.100.000
Rp. 51.250.000
= 0,29
3. Ratio Rentabilitas
Rasio ini disebut juga sebagai Ratio Profitabilitas yaitu rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba atau keuntungan, profitabilitas suatu perusahaan mewujudkan perbandingan antara laba dengan aktiva atau modal yang menghasilkan laba tersebut.
Yang termasuk dalam ratio ini adalah :
a. Gross Profit Margin ( Margin Laba Kotor)
Merupakan perandingan antar penjualan bersih dikurangi dengan Harga Pokok penjualan dengan tingkat penjualan, rasio ini menggambarkan laba kotor yang dapat dicapai dari jumlah penjualan.
Rasio ini dapat dihitung dengan rumus yaitu :
Gross Profit Margin = Laba kotor
Penjualan Bersih
= Rp. 29.500.000
Rp. 93.500.000
= 0,32
b. Net Profit Margin (Margin Laba Bersih)
Merupakan rasio yang digunaka nuntuk mengukur laba bersih sesudah pajak lalu dibandingkan dengan volume penjualan.
Rasio ini dapat dihitung dengan Rumus yaitu :
Net Profit Margin = Laba Setelah Pajak
Penjualan Bersih
= Rp 14.150.000
Rp 93.500.000
= 0,15
c. Earning Power of Total investment
Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan dari modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan netto. . Rasio ini dapat dihitung dengan rumus yaitu :
Earning Power of Total investment = Laba Sebelum Pajak
Total aktiva
= Rp. 18.650.000
Rp. 51.250.000
= 0,36
d. Return on Equity (Pengembalian atas Ekuitas)
Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan dari modal sendiri untuk menghasilkan keuntungan bagi seluruh pemegang saham, baik saham biasa maupun saham preferen. Rasio ini dapat dihitung dengan rumus yaitu :
Return on Equity = Laba Setelah Pajak
Ekuitas Pemegang Saham
= Rp. 14.150.000
Rp. 36.150.000
=0,39\
Daftar
Pustaka
1. Darsono
dan Ashari. 2005. Pedoman Praktis Memahami Laporan Keuangan, Ed. 1,
Yogyakarta: Andi.
2. Djarwanto.
1999. Pokok-Pokok Analisis Laporan Keuangan, Ed. 1, Yogyakarta: BPFE Fraser, Lyn
M. dan Ailen Ormiston. 2004. Memahami Laporan Keuangan (terjemahan), Ed.
6, Jakarta: PT Indeks.
3. Harahap,
Sofyan Syafri. 1999. Analisis Kritis atas Laporan Keuangan, Ed. 1. Cet.
2. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada
4. Jusuf,
Jopie.2000. Analisis Kredit untuk Account Officer. Cet. 5. Jakarta: PT Gramedia
Pustakan Utam
6. http://rickyapriadi.blogspot.co.id/2016/04/analisis-laporan-rasio-keuangan.html
0 komentar: